Minggu, 23 September 2012

Wisata Kuliner Pagi Hari - Sarapan di Tempat Pelelangan Ikan

suasana transaksi tempat pelelangan ikan

Minggu kemaren tanggal 16 September 2012 sejak sekitar pukul 05.00 wita saya dan sepupu sudah keluar rumah untuk joging dan menikmati terbitnya matahari di sepanjang bypass pantai pelabuhan Raha.

Ketika tanpa terasa tiba di pasar tradisional utama di Raha, Laino, sepupuku lalu mengajak mampir ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang letaknya berseberangan dengan pasar Laino.

Tiba disitu sekitar pukul 06.00 wita orang-orang sudah memenuhi tempat itu. Tua muda, anak-anak, penjual, pembeli bercampur saling  berdesak-desakan. Belakangan terutama di hari minggu begini tempat ini menjadi sangat ramai.

Ada para nelayan yang baru datang dari laut dan menjual hasil tangkapan semalam. Ada  penjual ikan yang sengaja datang sejak subuh untuk menunggu dan membeli ikan-ikan segar untuk dijual kembali di pasar Laino. Ada para papalele (pengecer) yang kebanyakan ibu-ibu berebut membeli ikan 1 atau 2 ember untuk dibawa jual berkeliling kota raha dari rumah ke rumah. Ada yang memang sengaja datang langsung dari rumah untuk menikmati matahari terbit sambil sarapan dan orang-orang yang jogging dan mengakhiri pagi dengan sarapan disini. Kami termasuk kelompok terakhir. Di perjalanan mendekati tempat pelelangan kami melewati banyak remaja berpakaian jogging berjalan santai ke arah yang sama. Ada juga yang datang sekedar membeli ikan untuk dibawa pulang.
tempat pembakaran berderet sepanjang tepi laut

Mungkin, inilah satu-satunya tempat sarapan paling unik di Indonesia. Kita hanya perlu membeli ikan dan membawanya ke tempat penjual lapa-lapa (makanan khas Sulawesi Tenggara terbuat dari beras bersantan yang dibungkus dengan daun janur kelapa yang diikat melilit dengan tali plastik dan direbus selama 3 – 4 jam) yang berderet di sepanjang sebelah kiri dari tempat pelelangan ikan. Bakar ikan disini gratis! Lalu kalau mau, kita bisa minta sambal colo-colo (sambal mentah) dan sayur, pada umumnya dengan kuah santan encer, juga gratis! Air cuci tangan pun gratis. Asalkan kita membeli lapa-lapa dari mereka  sebagai pelengkap sarapan. Lapa-lapa dijual Rp 2.000,-/buah. Makan 2 buah sudah cukup mengenyangkan. Mau minum, ada penjual minuman kemasan gelas di sudut, dengan merk setempat. Tapi kalau mau aman, bawa sendiri.



Secara kebetulan kami bertemu sahabat karib bibi saya disitu dan mereka mengajak kami mampir sarapan bersama mereka. Makan gratis, tentu saja kami terima dengan suka cita. Mengingat tadinya kami hendak membatalkan nongkrong disitu karena padatnya pengunjung hari itu. Ikan mereka baru saja matang. Ikan loli-loli, bentuknya panjang dan wujudnya mirip ikan belanak. Masih segar waktu dibakar, fresh from the sea. Dagingnya putih dan sangat lembut. Dicocol-cocol sambal ditemani lapa-lapa. Wooww…..sungguh sarapan yang luar biasa enak. Saya tertawa melihat Putri, anak sahabat bibi saya “menyudek” (meminum kuah sayur langsung dari piringnya) hingga berbunyi.

Hari yang indah. Hari yang cerah. Terdengar saling sapa disana sini. Ini kota kecil, sepertinya semua orang saling kenal. Kecuali saya yang baru beberapa waktu datang kesini. Orang-orang menikmati makanan dengan berbagai gaya. Jongkok, nongkrong di pinggiran beton pembatas pantai, duduk diatas motor, di dalam mobil, bahkan ada yang berdiri. Bahkan ada keluarga yang niat betul sarapan disitu karena menggelar karpet dan membawa sayur bunga papaya tumis. Serius sekali mereka.

bisa disantap dimana saja
Ikan loli-loli itu dibeli seharga Rp 20.000,-/ tumpuk, isinya 7 ekor lumayan besarnya. Kata mereka saat itu ikan sedang mahal. Biasanya bisa didapat dengan harga lebih murah. Saya tidak melihat ada timbangan disitu kemaren. Pada umumnya ikan-ikan dijual per tumpuk kalau yang jual nelayan kecil. Jika nelayan besar akan  menjual hasil tangkapannya per ember atau kaleng bekas cat ukuran 5 hingga 10 kg, atau untuk ikan ukuran kecil seperti teri misalnya dijual per pendingin styroform ukuran besar kepada beberapa orang sekaligus yang  nantinya akan dibagi merata diantara mereka. Bukan saja ikan berbagai jenis dan ukuran, rajungan, kerang dan cumi-cumi atau sotong juga ada.

Saya membeli kerang 1 ember kecil yang dihargai Rp 10.000,- untuk dibawa pulang. Kerangnya beraneka ukuran dan jenis. Melihat itu sepupu saya tertawa, dia berkomentar apakah saya membeli karena memang kepingin atau karena kasihan kepada penjualnya. Karena saya tidak menawarnya. Memang penjualnya ibu-ibu tua sekali dan hanya menjual kerang itu dan beberapa tumpuk ikan yang juga beraneka ukuran dan jenis.

  
Pulangnya sekali lagi kami tersenyum. Seorang ibu tua menggelar dagangan diantara semua yang berbau-bau ikan itu, ada pakaian dalam perempuan, kaos-kaos bola untuk anak-anak, baju anak perempuan, kaos kaki dan beberapa jenis snack kemasan. Ada-ada saja…..

Tinggal dan menetap di kota kecil ini? Sepertinya patut dicoba…………..